Kepercayaan Rakyat kepada Media Tinggi
TEMPO.CO , Jakarta : Hasil survei Barometer Kepercayaan 2012 oleh Indopacific Edelman menunjukkan kadar kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap media massa mencapai 80 persen. Angka ini yang tertinggi di antara 25 negara yang disurvei.
Sebagai perbandingan, rata-rata kepercayaan dunia terhadap media massa hanya 53 persen dan Asia-Pasifik 62 persen. "Cina saja 79 persen," kata Henry Manampiring, Brand and Corporate Strategist Indopacific Edelman, kemarin.
Ia menjelaskan, survei dilakukan di 25 negara, termasuk Indonesia, dengan melibatkan 30 ribu responden berusia di atas 18 tahun. Media massa yang dijadikan obyek adalah surat kabar, majalah, televisi, radio, dan media sosial Internet.
Khusus untuk Indonesia, survei melibatkan 1.000 responden yang masuk kategori umum, dan 200 responden yang masuk kategori kalangan elite informasi. Henry mengakui hasil survei tahun ini lebih rendah ketimbang tahun lalu. Pada 2011, tingkat kepercayaan terhadap media massa mencapai 86 persen.
Namun diperkirakan penurunan tersebut terjadi lantaran masuknya responden dari kalangan umum. Tahun lalu responden dibatasi hanya kalangan elite informasi.
Secara keseluruhan, tingkat kepercayaan terhadap media massa tradisional, seperti koran, radio, dan televisi, meningkat 15 persen menjadi 44 persen. Adapun sumber Internet, seperti Google, naik 8 persen menjadi 31 persen. Begitu pula tingkat kepercayaan terhadap media sosial naik 10 persen menjadi 18 persen.
Majalah menempati porsi 54 persen, surat kabar 48 persen, televisi 45 persen, dan radio 30 persen. "Ini menandakan media massa di Indonesia dapat menjadi acuan bagi siapa pun untuk mencari informasi," ujarnya.
Salah satu dampaknya adalah bisnis media massa berpeluang berkembang karena pembaca ternyata masih percaya terhadap isi berita. "Kemungkinan bertambahnya perusahaan baru dalam industri media massa juga terbuka lebar," kata Henry.
Sependapat dengan Henry, anggota Komisi Penyiaran Indonesia, Dadang Rahmat Hidayat, menyatakan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap media massa merupakan peluang. Prospek ini baik untuk media massa yang sudah ada ataupun yang akan lahir.
Untuk media yang sudah terbit, tak berarti bisa tenang. Tantangannya di masa mendatang adalah bagaimana memelihara pasar dengan meningkatkan profesionalitas. Dosen komunikasi politik Universitas Padjadjaran ini mengingatkan media agar terus berupaya memberikan informasi yang tepat.
Sebagai perbandingan, rata-rata kepercayaan dunia terhadap media massa hanya 53 persen dan Asia-Pasifik 62 persen. "Cina saja 79 persen," kata Henry Manampiring, Brand and Corporate Strategist Indopacific Edelman, kemarin.
Ia menjelaskan, survei dilakukan di 25 negara, termasuk Indonesia, dengan melibatkan 30 ribu responden berusia di atas 18 tahun. Media massa yang dijadikan obyek adalah surat kabar, majalah, televisi, radio, dan media sosial Internet.
Khusus untuk Indonesia, survei melibatkan 1.000 responden yang masuk kategori umum, dan 200 responden yang masuk kategori kalangan elite informasi. Henry mengakui hasil survei tahun ini lebih rendah ketimbang tahun lalu. Pada 2011, tingkat kepercayaan terhadap media massa mencapai 86 persen.
Namun diperkirakan penurunan tersebut terjadi lantaran masuknya responden dari kalangan umum. Tahun lalu responden dibatasi hanya kalangan elite informasi.
Secara keseluruhan, tingkat kepercayaan terhadap media massa tradisional, seperti koran, radio, dan televisi, meningkat 15 persen menjadi 44 persen. Adapun sumber Internet, seperti Google, naik 8 persen menjadi 31 persen. Begitu pula tingkat kepercayaan terhadap media sosial naik 10 persen menjadi 18 persen.
Majalah menempati porsi 54 persen, surat kabar 48 persen, televisi 45 persen, dan radio 30 persen. "Ini menandakan media massa di Indonesia dapat menjadi acuan bagi siapa pun untuk mencari informasi," ujarnya.
Salah satu dampaknya adalah bisnis media massa berpeluang berkembang karena pembaca ternyata masih percaya terhadap isi berita. "Kemungkinan bertambahnya perusahaan baru dalam industri media massa juga terbuka lebar," kata Henry.
Sependapat dengan Henry, anggota Komisi Penyiaran Indonesia, Dadang Rahmat Hidayat, menyatakan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap media massa merupakan peluang. Prospek ini baik untuk media massa yang sudah ada ataupun yang akan lahir.
Untuk media yang sudah terbit, tak berarti bisa tenang. Tantangannya di masa mendatang adalah bagaimana memelihara pasar dengan meningkatkan profesionalitas. Dosen komunikasi politik Universitas Padjadjaran ini mengingatkan media agar terus berupaya memberikan informasi yang tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar