Whitney Houston, Antara Kokain, Sabu, dan Ganja.
TEMPO.CO, - Bintang pop legendaris Amerika Serikat, Whitney Houston, meninggal Sabtu, 11 Februari 2012 malam. Penyanyi bersuara emas itu meninggal di usianya yang ke-48 tahun setelah ketergantungannya terhadap obat-obatan terlarang. Selama beberapa tahun terakhir, penyanyi yang sukses menjual albumnya hingga 170 juta keping di seluruh dunia ini berjuang melawan kecanduan obat-obatan terlarang.
Lahir lahir pada 9 Agustus 1963 di Newark, New Jersey, Houston adalah putri dari penyanyi Cissy Houston. Produser ternama, Clive Davis, menemukan bakatnya ketika Houston sedang bernyanyi di sebuah kelab di New York pada awal 1980-an. Tak lama kemudian, ia menandatangani kontrak rekaman.
Houston menjadi artis paling laris dalam industri musik era 1980 hingga akhir 1990. Suara emasnya mampu menyihir penonton dan penyuka musiknya. Tujuh lagu hitnya menduduki posisi pertama tangga lagu Billboard pada 1980-an. Di antaranya Saving All My Love for You, Greatest Love of All, dan Where Do Broken Hearts Go. Album soundtrack berisi lagu-lagu Houston untuk film The Bodyguard bahkan menjadi album soundtrack terlaris sepanjang masa.
Houston juga menjadi bintang di film tersebut. Ia juga membintangi sejumlah film di tahun 1990-an, di antaranya Waiting to Exhale. Tahun 2000, ia meraih penghargaan Grammy Awards-nya yang ke-6 untuk kategori Best Female R&B Performance. Sebulan kemudian, dia dianugerahi gelar artis terbaik sepanjang dekade di penghargaan musik "Soul Train".
Di puncak ketenaran itu, Houston dikabarkan kecanduan obat-obatan terlarang. Houston tak mampu mengendalikan ketergantungannya. Tak heran jika kemudian penjualan albumnya lantas jeblok dan terpaksa dihentikan.
Citra Houston terpuruk setelah bersahabat dengan kokain, ganja, dan obat-obatan terlarang. Suara emasnya rusak, menjadi kering, serak, dan tak dapat lagi menjangkau 5 oktaf seperti yang selama ini dia miliki. Kondisi tubuhnya pun tak lagi prima.
Tahun 2002, saat diwawancara ABC secara eksklusif, Houston mengakui kerepotan mengatasi kecanduannya pada obat-obatan. "Setan terbesar itu pada diri saya," kata Houston yang saat itu masih bersama suaminya, Bobby Brown. "Saya tak lagi bisa membedakan narkoba sebagai sahabat baik saya ataupun musuh terbesar saya."
Pekan lalu, media Amerika mengabarkan Houston masih hanya kerepotan mengatasi narkoba. Sebuah media melansir Houston keluar dari kelab malam sambil marah-marah dan tersandung-sandung. Tampilannya kusut dan berantakan. Ia juga terlihat marah-marah kepada seorang fotografer. Pengawal pribadi Houston ketika itu tampak membantu menopang tubuhnya.
Lahir lahir pada 9 Agustus 1963 di Newark, New Jersey, Houston adalah putri dari penyanyi Cissy Houston. Produser ternama, Clive Davis, menemukan bakatnya ketika Houston sedang bernyanyi di sebuah kelab di New York pada awal 1980-an. Tak lama kemudian, ia menandatangani kontrak rekaman.
Houston menjadi artis paling laris dalam industri musik era 1980 hingga akhir 1990. Suara emasnya mampu menyihir penonton dan penyuka musiknya. Tujuh lagu hitnya menduduki posisi pertama tangga lagu Billboard pada 1980-an. Di antaranya Saving All My Love for You, Greatest Love of All, dan Where Do Broken Hearts Go. Album soundtrack berisi lagu-lagu Houston untuk film The Bodyguard bahkan menjadi album soundtrack terlaris sepanjang masa.
Houston juga menjadi bintang di film tersebut. Ia juga membintangi sejumlah film di tahun 1990-an, di antaranya Waiting to Exhale. Tahun 2000, ia meraih penghargaan Grammy Awards-nya yang ke-6 untuk kategori Best Female R&B Performance. Sebulan kemudian, dia dianugerahi gelar artis terbaik sepanjang dekade di penghargaan musik "Soul Train".
Di puncak ketenaran itu, Houston dikabarkan kecanduan obat-obatan terlarang. Houston tak mampu mengendalikan ketergantungannya. Tak heran jika kemudian penjualan albumnya lantas jeblok dan terpaksa dihentikan.
Citra Houston terpuruk setelah bersahabat dengan kokain, ganja, dan obat-obatan terlarang. Suara emasnya rusak, menjadi kering, serak, dan tak dapat lagi menjangkau 5 oktaf seperti yang selama ini dia miliki. Kondisi tubuhnya pun tak lagi prima.
Tahun 2002, saat diwawancara ABC secara eksklusif, Houston mengakui kerepotan mengatasi kecanduannya pada obat-obatan. "Setan terbesar itu pada diri saya," kata Houston yang saat itu masih bersama suaminya, Bobby Brown. "Saya tak lagi bisa membedakan narkoba sebagai sahabat baik saya ataupun musuh terbesar saya."
Pekan lalu, media Amerika mengabarkan Houston masih hanya kerepotan mengatasi narkoba. Sebuah media melansir Houston keluar dari kelab malam sambil marah-marah dan tersandung-sandung. Tampilannya kusut dan berantakan. Ia juga terlihat marah-marah kepada seorang fotografer. Pengawal pribadi Houston ketika itu tampak membantu menopang tubuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar