Pria pun Bisa Bahagia Jadi ''Bapak Rumah Tangga''
Pekerjaan rumah tangga kini bukan urusan kaum wanita. Banyak pria
merasa bahagia saat berkontribusi dengan porsi yang sama dengan kaum
Hawa dalam pekerjaan rumah tangga. Demikian hasil studi terbaru oleh
University of Cambridge.
"Yang mengejutkan, kaum pria, bukan wanita, menarik manfaat dari peran gender tradisional dalam pekerjaan rumah tangga," demikian tulisan pendahuluan laporan penelitian itu. Para peneliti sendiri mengaku terkejut dengan temuan.
"Semula akademisi memprediksi kaum pria akan mengalami semacam benturan perasaan dan membuat semangat positif mereka menurun. Namun yang terjadi adalah sebaliknya," tulis rilis dari University of Cambridge.
Penelitian dilakukan di tujuh negara Eropa dan puluhan ribu peserta diminta mengisi kuesioner berapa banyak waktu yang mereka habiskan untuk tugas-tugas seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah, belanja, dan pemeliharaan properti. Hasilnya dikaji silang dengan perasaan mereka.
Para peneliti merujuk temuan ini pada dua faktor: laki-laki yang makin mendukung kesetaraan gender dan perempuan lebih "tegas" dari masa lalu.
Para peneliti mengatakan pria sebenarnya tidak nyaman ketika mereka tidak mengambil tanggung jawab yang sama untuk pekerjaan rumah tangga. Sejarah dan kebiasaan juga dapat menimbulkan rasa bersalah tersebut.
Sikap perempuan juga berkembang, yang memungkinkan mereka menyuarakan keprihatinan mereka. "Perempuan menjadi lebih tegas dan menunjukkan ketidakpuasan mereka dengan teman hidup pemalas."
Dalam penelitian yang berjudul Gendered Lives ini mereka meneliti kesetaraan gender di berbagai lini kehidupan, termasuk kesetaraan di rumah dan di tempat kerja. Peneliti menemukan bukti bahwa di seluruh Eropa kesenjangan antara perempuan dan laki-laki makin menipis.
Secara keseluruhan, para peneliti percaya kesetaraan gender bergerak, walau perlahan, ke arah yang semestinya. "Ditemukan ada adaptasi walau terhuyung-huyung, bukan sebuah revolusi tapi juga tak terhenti," begitu mereka menuliskan.
"Yang mengejutkan, kaum pria, bukan wanita, menarik manfaat dari peran gender tradisional dalam pekerjaan rumah tangga," demikian tulisan pendahuluan laporan penelitian itu. Para peneliti sendiri mengaku terkejut dengan temuan.
"Semula akademisi memprediksi kaum pria akan mengalami semacam benturan perasaan dan membuat semangat positif mereka menurun. Namun yang terjadi adalah sebaliknya," tulis rilis dari University of Cambridge.
Penelitian dilakukan di tujuh negara Eropa dan puluhan ribu peserta diminta mengisi kuesioner berapa banyak waktu yang mereka habiskan untuk tugas-tugas seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah, belanja, dan pemeliharaan properti. Hasilnya dikaji silang dengan perasaan mereka.
Para peneliti merujuk temuan ini pada dua faktor: laki-laki yang makin mendukung kesetaraan gender dan perempuan lebih "tegas" dari masa lalu.
Para peneliti mengatakan pria sebenarnya tidak nyaman ketika mereka tidak mengambil tanggung jawab yang sama untuk pekerjaan rumah tangga. Sejarah dan kebiasaan juga dapat menimbulkan rasa bersalah tersebut.
Sikap perempuan juga berkembang, yang memungkinkan mereka menyuarakan keprihatinan mereka. "Perempuan menjadi lebih tegas dan menunjukkan ketidakpuasan mereka dengan teman hidup pemalas."
Dalam penelitian yang berjudul Gendered Lives ini mereka meneliti kesetaraan gender di berbagai lini kehidupan, termasuk kesetaraan di rumah dan di tempat kerja. Peneliti menemukan bukti bahwa di seluruh Eropa kesenjangan antara perempuan dan laki-laki makin menipis.
Secara keseluruhan, para peneliti percaya kesetaraan gender bergerak, walau perlahan, ke arah yang semestinya. "Ditemukan ada adaptasi walau terhuyung-huyung, bukan sebuah revolusi tapi juga tak terhenti," begitu mereka menuliskan.
http://www.tempo.co/read/news/2012/06/29/174413748/Pria-pun-Bisa-Bahagia-Jadi-Bapak-Rumah-Tangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar