Sering Ditampar Membuat Anak Jadi Lebih Agresif.
TEMPO.CO, Kanada - Sebaiknya orang tua tidak ringan tangan pada si buah hati. Apabila anak melakukan kesalahan, jangan langsung memukul atau menampar. Hal ini membuat si anak lebih agresif saat mereka dewasa nanti. Demikian diungkapkan para ilmuwan dalam sebuah penelitian penting berdurasi 20 tahun yang dirilis Februari 2012.
Hasil berbagai kajian atau penelitian ini memaparkan fakta bahwa anak-anak yang sering ditampar, dipukul, atau diteriaki ketika mereka bertindak nakal akan cenderung meniru perilaku itu saat mereka dewasa.
Dr. Joan Durrant dari University of Manitoba and Ron Ensom di Children’s Hospital of Eastern Ontario menulis hasil riset mereka ini di Canadian Medical Association Journal. “Hampir tanpa perkecualian, semua studi ini menunjukkan bahwa hukuman fisik terkait dengan agresi tingkat tinggi dalam melawan orang tua, saudara kandung, teman bermain, dan pasangan.”
Para penulis mengamati bahwa pandangan masyarakat terhadap hukuman fisik telah berubah selama 20 tahun terakhir. Hukuman fisik tak lagi dipertimbangkan sebagai cara terbaik untuk mengatasi anak-anak yang sulit diatur.
Dalam jajak pendapat di Amerika Serikat belum lama ini ditemukan bahwa hampir sebagian besar orang tua mengatakan bahwa mereka menggunakan time out atau mengambil mainan kesayangan anak-anak sebagai hukuman. Namun, seperlima dari mereka berkata "sangat cenderung" untuk memukul anak-anak mereka.
Di Amerika Serikat saat ini, tindakan memukul anak adalah legal dengan sejumlah aturan berbeda-beda di setiap negara bagian. Namun, tindakan memukul anak sudah dilarang di 20 negara Eropa, termasuk Jerman, Spanyol, dan Belanda. Di Inggris, hukuman yang wajar di rumah diizinkan, tetapi tidak boleh meninggalkan bekas pada kulit sejak 2004. Jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa 71 persen orang tua mendukung larangan memukul.
Para peneliti mengatakan bahwa para dokter seharusnya membantu orang tua untuk mempelajari pendekatan efektif tanpa kekerasan untuk mendisiplinkan anak karena banyak yang tidak mengerti apa yang cocok untuk perilaku anak.
Dr. Durrant mengatakan kepada Daily Mail edisi 8 Februari 2012, “Para orang tua lebih cenderung percaya bahwa anak-anak mereka menjadi pemberontak atau berlaku buruk. Tetapi dalam banyak kasus, anak-anak cenderung melakukan apa yang mereka anggap normal untuk perkembangan mereka.”
Teknik-teknik tersebut, kata Dr. Durrant, termasuk mengenali bahwa balita cenderung berkata tidak untuk semua hal dan mengabaikan mereka selama 10 detik ketika mereka bertindak sebelum mengulang perilaku mereka. Cara lain adalah membuat aturan, tetapi menjelaskan mengapa hal tersebut dilakukan.
Hasil berbagai kajian atau penelitian ini memaparkan fakta bahwa anak-anak yang sering ditampar, dipukul, atau diteriaki ketika mereka bertindak nakal akan cenderung meniru perilaku itu saat mereka dewasa.
Dr. Joan Durrant dari University of Manitoba and Ron Ensom di Children’s Hospital of Eastern Ontario menulis hasil riset mereka ini di Canadian Medical Association Journal. “Hampir tanpa perkecualian, semua studi ini menunjukkan bahwa hukuman fisik terkait dengan agresi tingkat tinggi dalam melawan orang tua, saudara kandung, teman bermain, dan pasangan.”
Para penulis mengamati bahwa pandangan masyarakat terhadap hukuman fisik telah berubah selama 20 tahun terakhir. Hukuman fisik tak lagi dipertimbangkan sebagai cara terbaik untuk mengatasi anak-anak yang sulit diatur.
Dalam jajak pendapat di Amerika Serikat belum lama ini ditemukan bahwa hampir sebagian besar orang tua mengatakan bahwa mereka menggunakan time out atau mengambil mainan kesayangan anak-anak sebagai hukuman. Namun, seperlima dari mereka berkata "sangat cenderung" untuk memukul anak-anak mereka.
Di Amerika Serikat saat ini, tindakan memukul anak adalah legal dengan sejumlah aturan berbeda-beda di setiap negara bagian. Namun, tindakan memukul anak sudah dilarang di 20 negara Eropa, termasuk Jerman, Spanyol, dan Belanda. Di Inggris, hukuman yang wajar di rumah diizinkan, tetapi tidak boleh meninggalkan bekas pada kulit sejak 2004. Jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa 71 persen orang tua mendukung larangan memukul.
Para peneliti mengatakan bahwa para dokter seharusnya membantu orang tua untuk mempelajari pendekatan efektif tanpa kekerasan untuk mendisiplinkan anak karena banyak yang tidak mengerti apa yang cocok untuk perilaku anak.
Dr. Durrant mengatakan kepada Daily Mail edisi 8 Februari 2012, “Para orang tua lebih cenderung percaya bahwa anak-anak mereka menjadi pemberontak atau berlaku buruk. Tetapi dalam banyak kasus, anak-anak cenderung melakukan apa yang mereka anggap normal untuk perkembangan mereka.”
Teknik-teknik tersebut, kata Dr. Durrant, termasuk mengenali bahwa balita cenderung berkata tidak untuk semua hal dan mengabaikan mereka selama 10 detik ketika mereka bertindak sebelum mengulang perilaku mereka. Cara lain adalah membuat aturan, tetapi menjelaskan mengapa hal tersebut dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar