Jumat, 29 Juni 2012

Pria pun Bisa Bahagia Jadi ''Bapak Rumah Tangga''  


Pekerjaan rumah tangga kini bukan urusan kaum wanita. Banyak pria merasa bahagia saat berkontribusi dengan porsi yang sama dengan kaum Hawa dalam pekerjaan rumah tangga. Demikian hasil studi terbaru oleh University of Cambridge.

"Yang mengejutkan, kaum pria, bukan wanita, menarik manfaat dari peran gender tradisional dalam pekerjaan rumah tangga," demikian tulisan pendahuluan laporan penelitian itu. Para peneliti sendiri mengaku terkejut dengan temuan.

"Semula akademisi memprediksi kaum pria akan mengalami semacam benturan perasaan dan membuat semangat positif mereka menurun. Namun yang terjadi adalah sebaliknya," tulis rilis dari University of Cambridge.

Penelitian dilakukan di tujuh negara Eropa dan puluhan ribu peserta diminta mengisi kuesioner berapa banyak waktu yang mereka habiskan untuk tugas-tugas seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah, belanja, dan pemeliharaan properti. Hasilnya dikaji silang dengan perasaan mereka.

Para peneliti merujuk temuan ini pada dua faktor: laki-laki yang makin mendukung kesetaraan gender dan perempuan lebih "tegas" dari masa lalu.

Para peneliti mengatakan pria sebenarnya tidak nyaman ketika mereka tidak mengambil tanggung jawab yang sama untuk pekerjaan rumah tangga. Sejarah dan kebiasaan juga dapat menimbulkan rasa bersalah tersebut.

Sikap perempuan juga berkembang, yang memungkinkan mereka menyuarakan keprihatinan mereka. "Perempuan menjadi lebih tegas dan menunjukkan ketidakpuasan mereka dengan teman hidup pemalas."

Dalam penelitian yang berjudul Gendered Lives ini mereka meneliti kesetaraan gender di berbagai lini kehidupan, termasuk kesetaraan di rumah dan di tempat kerja. Peneliti menemukan bukti bahwa di seluruh Eropa kesenjangan antara perempuan dan laki-laki makin menipis.

Secara keseluruhan, para peneliti percaya kesetaraan gender bergerak, walau perlahan, ke arah yang semestinya. "Ditemukan ada adaptasi walau terhuyung-huyung, bukan sebuah revolusi tapi juga tak terhenti," begitu mereka menuliskan.
 
http://www.tempo.co/read/news/2012/06/29/174413748/Pria-pun-Bisa-Bahagia-Jadi-Bapak-Rumah-Tangga

Ini Tanda Anda Betul-betul Stres.

Apakah rambut Anda rontok berlebihan dalam beberapa pekan ini? Tengoklah ke belakang apa yang terjadi pada Anda. Apakah dikejar tenggat pekerjaan demi bisa berlibur dengan tenang sehingga  Anda tertekan? Atau tuntutan kebutuhan menjelang tahun ajaran baru "memusingkan" Anda?

Rambut rontok, menurut sebuah situs kesehatan rodale.com, adalah salah satu tanda stres menyerang Anda. Stres, kata situs ini, muncul dalam gejala yang bervariasi. Bahkan, tulis mereka, mereka yang mengalaminya kerap tak menyadari dirinya tengah dilanda stres.

Situs ini membeberkan sejumlah tanda fisik yang patut dicurigai sebagai tanda Anda mengidap stress serius. Jika mengalami dua atau lebih gejala di bawah ini, Anda disarankan untuk mendapat bantuan pakar secepatnya:

Muntah  

 
Dalam buku terbarunya, On the Brink, mantan Menteri Keuangan Amerika Serikat, Henry Paulson, mengaku stres berat selama puncak krisis keuangan tahun 2008. Ia mengaku kerap mual-mual. Ia bahkan kerap mengalami gejala ini di depan para staf bahkan saat pertemuan dengan Kongres. Secara medis, stres dan kecemasan bisa memicu mual hingga muntah dan kondisi ini disebut "sindrom muntah siklik" suatu kondisi di mana orang mengalami mual dan muntah selama jangka waktu tertentu, mulai pada saat yang sama setiap hari. Carilah cara untuk menenangkan diri atau menghilangkan sumber stres Anda, seperti berlatih meditasi dan mencoba bersikap lebih tenang.

Rambut rontok

 
Ada beberapa alasan bahwa rambut Anda bisa rontok, dari genetika hingga pengaruh obat. Namun stres adalah salah satunya. Di antara kondisi yang berhubungan dengan stres hingga berakibat rambut rontok adalah alopesia areata, yaitu suatu gangguan autoimun ketika sel darah putih menyerang folikel rambut sehingga menyebabkan rambut rontok. Kondisi lain dipicu oleh stres yang memiliki hasil yang lebih ekstrem disebut telogen effluvium yang pada dasarnya ditandai dengan tiba-tiba kehilangan (sampai 70 persen) rambut. Rambut rontok dapat terjadi beberapa bulan setelah peristiwa stres, misalnya, kematian dalam keluarga atau melahirkan, menurut American Osteopathic College of Dermatology. Namun, kerontokan biasanya akan segera pulih setelah stres berlalu.

Mimisan  
Ada beberapa perdebatan mengenai apakah mimisan yang dipicu oleh stres, tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa, dalam beberapa kasus, pasien yang mengalami mimisan dalam situasi mereka mengalami stres. Sebuah artikel pada 2001 di British Medical Journal menunjukkan bahwa gal ini terkait dengan lonjakan tekanan darah yang sangat umum ketika Anda sedang stres. Menyingkir sementara waktu dari hingar-bingar aktivitas rutin Anda, bersikap rileks, dan menyeduh minuman herbal dapat sedikit menolong.

Kehilangan memori

 
Jika Anda menemukan diri Anda tidak bisa mengingat rincian yang baru saja dibahas dalam rapat beberapa menit lalu, bisa jadi efek dari hippocampus Anda menyusut, kata Jeffrey Rossman PhD, seorang psikolog di Massachusetts. Stres kronis dapat mengekspos hippocampus, daerah otak yang mengontrol memori jangka pendek Anda, ke tingkat yang berlebihan dan yang dapat menghambat kemampuan otak Anda untuk mengingat sesuatu. Berurusan dengan akar penyebab stres Anda adalah cara terbaik untuk mendapatkan memori Anda kembali.

Kekebalan tubuh melemah

 
Efek paling nyata bahwa stres tengah menyerang Anda adalah sistem kekebalan tubuh yang lemah. Hal itu terjadi akibat beberapa alasan. Pertama, stres memicu pelepasan catecholemines, hormon yang membantu mengatur sistem kekebalan tubuh. Rilis berkepanjangan hormon ini bisa mengganggu kemampuan mereka menahan gempuran penyakit. Kedua, kata Rossman, kelenjar timus menyusut akibat stres, menekan sel darah putih, dan merusak telomere, gen yang membantu sel-sel kekebalan tubuh bereproduksi.

Keringat berlebihan

 
Semua orang tahu bahwa tubuh berkeringat lebih ketika Anda stres. Beberapa orang yang mengalami stres menderita hiperhidrosis atau keringat berlebihan, terutama di telapak tangan dan kaki, kata Rossman. Yoga dan meditasi dapat membantu mengurangi stres yang berhubungan dengan berkeringat.
 

http://www.tempo.co/read/news/2012/06/29/060413768/Ini-Tanda-Anda-Betul-Betul-Stress