Selasa, 24 Januari 2012

info umum.

Tips Sukses Melamar Pekerjaan di Surat Kabar.

Penulis : Annisa Indri Lestari
http://www.mediaindonesia.com/mediaperempuan/index.php/read/2012/01/23/6526/13/Tips-Sukses-Melamar-Pekerjaan-di-Surat-Kabar

MENDAPATKAN pekerjaan di surat kabar merupakan sebuah tantangan. Ada persaingan di setiap pelamar yang dituntut memiliki pendidikan solid serta menunjukkan bakat dan ketrampilan. Berikut ini beberapa hal yang perlu dipertimbangkan ketika Anda merencanakan pencarian lowongan pekerjaan.

1. Evaluasi diri
Identifikasi pengalaman yang dapat memperkuat aplikasi pekerjaan yang dilamar. Seperti pengalaman kerja, spesialisasi pendidikan, pengetahuan bahasa dan budaya. Ceritakan tentang kekuatan dan kelemahan Anda kepada Editor. Dan mereka akan menilai hasrat Anda untuk bekerja di koran.

2. Tahu apa yang Anda inginkan
Wawancara diri sendiri tentang apa yang Anda harapkan dari pekerjaan yang akan dilamar. Jalan karir apa yang ingin diikuti, misalnya pelaporan, fotografi, desain grafis dan manajemen. Apakah Anda bersedia untuk bepergian jauh dan ditempatkan di daerah terpencil?

3. Memahami pasar
Surat kabar menawarkan kesempatan luas bagi wartawan. Mereka biasanya lebih tertarik pada entry level dengan ketrampilan khusus pada pelaporan. Sebab wartawan muda biasanya mempunyai kontak berbagai komunitas dan wawasan.

4. Baca
Membaca merupakan karakteristik seorang wartawan. Anda harus terbiasa membaca koran lokal, koran kampus, surat kabar nasional, buku-buku tentang pers dan majalah.

5. Siapkan surat lamaran
Cara terbaik memperkenalkan diri kepada Editor adalah melalui surat lamaran atau riwayat hidup.

6. Akurasi
Bagi banyak pelamar, surat aplikasi dapat mengungkapkan kecerobohan. Pastikan semua informasi dalam surat lamaran adalah benar. Termasuk nama, judul, alamat. Salah ejaan, kesalahan ketik, ketidakakuratan dan ungkapan canggung mengakhiri peluang Anda diterima. (*/OL-06).

Inilah Tiga Alasan Kaum Muslim Sulit Berintegrasi dengan Masyarakat Eropa.


REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — Pakar Politik Universitas Boston, Jonathan Laurance mengatakan ada tiga alasan yang menyebabkan komunitas Muslim sulit berintegrasi dengan masyarakat Eropa. Ketiga alasan itu lebih condong kepada perilaku dan sikap negara-negara Eropa terhadap komunitas Muslim.

Alasan pertama, keberadaan partai-partai sayap kanan Eropa hanya memperburuk situasi dengan sikap anti-Islam. Sikap itu sengaja disuarakan guna menghambat asimilasi dan memicu tindak radikalisme sehingga memaksa pemerintah di negara-negara Eropa menekan komunitas Muslim.

“Apa yang terjadi sekarang bukan masalah agama melainkan pengarahan opini yang memunculkan pandangan sinis terhadap Islam, hilangnya kewibawaan hukum dan disharmonis hubungan antar umat beragama,” kata dia seperti dikuti nytimes.com, Selasa (24/1).

Alasan kedua, negara Eropa khawatir dengan dibukanya studi Islam yang dianggap sebagai pengakuan dan akomodasi terhadap komunitas Muslim. Padahal, dengan memperkuat hak-hak komunitas Muslim, selanjutnya akan menggiring komunitas Muslim untuk memberikan sumbangsih salah satunya terkait pencegahan aktivitas radikalisme.
“Hak-hak seperti ini akan memberi makna terhadap jaminan konkret negara-negara Eropa terhadap kebebasan beragama,” kata dia.

Alasan ketiga, negara-negara Eropa tidak merangkul organisasi Muslim. Padahal posisi organisasi Muslim sangat vital dalam komunitas Muslim. Pemerintah negara-negara Eropa sudah sewajarnya untuk meminta masukan kepada organisasi Muslim sebelum menjalankan kebijakan.

“Keberadaan organisasi bukan berarti ancaman tetapi mereka sangat berperan dalam mendamaikan masalah praktis yang menimpa komunitas Muslim. Sebagai contoh saja, bagaimana Dewan Agama Islam perancis, Konfensi Islam jerman, Komite Masjid dan Islam Italia, dan Dewan Nasional Imam Inggris memainkan peranan strategis dalam komunitas Muslim saat menghadapi tekanan,” ungkapnya.

Dahlan Iskan Bangun Pabrik Sagu Rp 50 Miliar.


TEMPO.CO, Jakarta- Menteri Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan, segera membangun pabrik sagu di Provinsi Papua. Ia akan menugasi dua persahaan plat merah, PT Perhutani (Persero) dan PT Inhutani (Persero) untuk merealisasikan proyek ini.

"Ini merupakan respon kami untuk membantu pemerintah melayani Papua," kata dia di Gedung Menara 165, Cilandak, Selasa 24 Januari 2012.

Menurut Dahlan, proyek tersebut merupakan usulan pemerintah daerah Papua untuk menanggulangi kerawanan pangan yang acap kali menerpa wilayah tersebut.

Selain memenuhi ketersediaan pangan, pabrik ini bisa digunakan untuk menekan biaya angkut yang mahal untuk setiap produk yang diangkut ke Papua, atau sebaliknya.

"Maka dari itu proyek tersebut akan cepat di selesaikan," kata dia.

Investasi yang dianggarkan untuk proyek ini mencapai Rp 50 miliar. Dana tersebut paling banyak akan tersedot untuk pembuatan mesin serta pengadaan lahan pabrik. Meski begitu, Dahlan mengatakan jumlah ini terbilang kecil untuk suatu wilayah besar seperti Papua.

"Padahal jika pasokan sagu di Papua berlebih sisanya bisa dikirim ke Jawa," ujarnya.

info Dunia.

Anak-anak Iran Protes Larangan Barbie.

TEMPO.CO , Teheran- Larangan peredaran boneka Barbie di Iran telah menyebabkan keresahan anak-anak Iran penggemar boneka asal Amerika Serikat itu. "Anak saya lebih suka boneka Barbie ketimbang boneka pemerintah," kata Farnaz, Kamis, 19 Januari 2012.

Polisi moral di Iran sedang giat merazia peredaran boneka Barbie. "Sejak tiga minggu lalu para polisi moral datang ke toko kami kemudian meminta menurunkan semua Barbie," ujar seorang pedagang.

Razia Barbie disinyalir sebagai dampak konflik yang memanas antara Iran dan Amerika Serikat belakangan ini. Sejak 1996 pemuka agama Iran menyatakan boneka buatan Mattel Inc. asal Amerika ini telah merusak masyarakatnya. "Merusak budaya dan menyebabkan dampak sosial," ujarnya.

Pada 2002 pemerintah mengeluarkan boneka resmi, dengan jenis kelamin perempuan bernama Sara dan boneka laki-laki bernama Dara, untuk menggeser Barbie. Penampilan Sara dan Dara telah disesuaikan dengan budaya setempat, yakni menggunakan pakaian tradisional dan tertutup seperti jilbab.

Namun sebagian anak-anak tidak menyukai boneka ini. "Anak saya mengatakan Sara dan Dara berpenampilan jelek dan gendut," ujar Farnaz.

Keberadaan Sara dan Dara tidak mampu meredam permintaan masyarakat atas boneka Barbie. Tidak mengherankan, meski dilarang, masih banyak penjual yang menjajakan boneka Barbie secara diam-diam. "Kami masih menjual Barbie secara sembunyi-sembunyi," ujar seorang pedagang boneka.

info Dunia.

Embargo Ekonomi Tak Mempan Hancurkan Iran.

TEMPO.CO , London - Uni Eropa semakin meningkatkan tekanan embargo minyak bagi Iran. Pemerintah negara-negara Eropa kini mengikuti langkah Uni Eropa dengan melarang perusahaannya mengadakan kontrak dengan Iran. Bukan hanya pelarangan bagi ekspor-impor minyak, Eropa juga melarang kerja sama perdagangan petrokimia, kertas, emas, logam mulia, berlian, dan koin.

Namun, apakah embargo minyak akan menghancurkan ekonomi Iran?

Kontrak pelarangan perdagangan dengan Iran akan berlangsung hingga 1 Juli 2012. Masalahnya adalah negara-negara yang memutuskan perdagangan juga sedang mengalami krisis ekonomi. Italia menjadi negara di Eropa yang paling banyak mengimpor minyak Iran, disusul Yunani dan Spanyol. Arab Saudi diharapkan dapat menjadi pemasok utama, menggantikan posisi Iran. Namun Arab Saudi memiliki keterbatasan pasokan dan tentunya ini bukan hal mudah bagi Eropa.

Sekitar 90 persen ekspor Iran ditujukan bagi negara-negara anggota Uni Eropa. Tingginya impor minyak negara-negara Uni Eropa menjadikan Iran sebagai pemasok terbesar di Eropa setelah Cina. Dalam satu hari ekspor minyak Iran dapat mencapai 2,5 juta barel. Perdagangan minyak menghasilkan tiga perempat output pemasukan bagi ekonomi Iran.

Sanksi Eropa mengakibatkan 40 persen inflasi dan 50 persen pengangguran. Kini Iran sedang melakukan strategi untuk mengimbangi embargo yang dikenakan Uni Eropa. Iran kemungkinan akan mengekspor minyak ke Cina, India, dan sejumlah negara Asia. Cara itu akan sedikit meningkatkan perekonomian Iran, terlebih jika Iran melakukan potongan harga per barelnya.

Paul Stevens, peneliti senior dari London-Chatham House, mengatakan segala upaya yang dilakukan Eropa belum tentu mampu menghentikan penggunaan nuklir Iran. “Eropa mampu memberikan frustrasi publik bagi perekonomian Iran, tapi ini justru bisa memperkuat kelompok yang berada di belakang (Presiden Iran Mahmud) Ahmadinejad,” katanya.

Stevens mengungkapkan Ahmadinejad juga melakukan berbagai upaya untuk menolong perekonomian Iran dengan tetap mengandalkan perdagangan minyak. Sementara itu ia juga masih percaya bahwa nuklir adalah alat untuk mengamankan negara.

Langkah terakhir yang dilakukan Barat adalah mulai memasuki kawasan Selat Hormuz di Iran. Kapal induk Amerika Serikat, USS Abraham Lincoln, bersama dengan kapal milik Angkatan Laut Kerajaan Inggris dan sebuah kapal perang Prancis, Senin, 23 Januari 2012, berusaha memblokir daerah perdagangan tersebut.